Cicak Itu

Aku telah melalui badaimu. 
Di sana aku berjalan di tengah langkah yang diserbu api.
Juga api yang diembus cicak pembawa kabar menyakiti.
Ingin kulumt cicak itu, agar masa depan bisa terisyarat dengan cerlang.
Sebab, cicak itu seperti jelmaan hantu, atau iblis yang lidahnya bisa mengiris. 
Dan kau masih saja terkabar berdekatan dengannya, sambil mencipta badai 
lalu mengempasnya ke jalanku menuju hatimu.

Badai-badai itu menghantuiku. Aku ketakutan dan rindu ibu. Sebab, di sanalah
bermuara segala doa dan harap: 
                       bahagiaku.
 Lantas, kupupuk sabar yang mengakar.
Aku kuat meski dada terus dibakar.

Ya, bakarlah aku sepuas-puas kau mampu.
Ini kuatku, lebih dari yang mereka duga dan mereka tahu.

Dan hari ini, kita kembali bertemu.
Maka, lihatlah aku baik-baik.
Dan cicak itu selamanya akan menghantuimu.

Comments

Popular Posts