Kartini-Kartini Baru untuk Indonesia Maju

Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini sebagai penghormatan kepada Raden Ajeng Kartini—pelopor emansipasi perempuan di Indonesia. Lebih dari sekadar simbol budaya, Hari Kartini seharusnya menjadi refleksi akan pentingnya peran perempuan sebagai agen perubahan sosial, terutama dalam konteks pendidikan anak dan pembangunan bangsa.

Kartini percaya bahwa pendidikan adalah jalan menuju kebebasan berpikir dan bertindak. Dalam surat-suratnya yang kemudian dihimpun dalam buku Habis Gelap Terbitlah Terang, ia menulis banyak sekali mimpi dan cita-citanya, khususnya cita-cita tentang masa depan perempuan di Indonesia.



Perempuan dan Pendidikan: Kunci Transformasi Sosial

UNESCO (2023) mencatat bahwa pendidikan perempuan berdampak langsung terhadap indikator pembangunan manusia, mulai dari tingkat kesehatan, ekonomi, hingga stabilitas sosial. Seorang perempuan yang terdidik 3 kali lebih mungkin menyekolahkan anak-anaknya, dan 2 kali lebih mungkin untuk memiliki penghasilan mandiri.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Profil Gender Indonesia 2022, angka partisipasi sekolah perempuan setara dengan laki-laki hingga jenjang pendidikan menengah. Namun kesenjangan tetap muncul di tingkat pendidikan tinggi, terutama di daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar).


Empowerment Bukan Hanya Kesetaraan, Tapi Keberdayaan

Pemberdayaan perempuan (gender empowerment) bukan hanya soal memberikan hak dan kesempatan yang sama, melainkan juga menguatkan perempuan untuk mengambil keputusan dan menentukan arah hidupnya. Menurut UN Women, empowerment berarti “memberi kontrol kepada perempuan atas hidupnya dan kemampuan untuk berkontribusi penuh di masyarakat.”

Di Indonesia, berbagai program seperti Pendidikan Kecakapan Hidup untuk Perempuan, Program Keluarga Harapan, serta Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak telah memberikan platform nyata untuk menguatkan perempuan dalam komunitas mereka.

Namun demikian, tantangan struktural masih menghambat pemberdayaan penuh. Laporan Indonesia Gender Equality Index 2023 menunjukkan bahwa norma sosial yang konservatif, beban ganda perempuan, dan keterbatasan akses terhadap teknologi masih menjadi kendala utama.


Perempuan Sebagai Arsitek Moral dan Nilai Bangsa

Dalam buku The Power of Mothers (2015), Sarah Hrdy menekankan bahwa ibu bukan sekadar pengasuh, melainkan pembentuk dasar psikologis anak-anak. Karakter, empati, dan nilai hidup anak sebagian besar dipelajari dari interaksi awal dengan ibunya.

Di Indonesia, filosofi “ibu adalah sekolah pertama bagi anak” tercermin dalam banyak kebudayaan lokal. Pendidikan informal di rumah menjadi fondasi karakter generasi bangsa. Ibu yang melek literasi, digital, dan nilai kebangsaan akan melahirkan generasi yang berdaya saing dan berjiwa Pancasila.


Kartini di Era Digital: Perempuan Melek Teknologi, Melek Peran

Di zaman digital ini, pemberdayaan perempuan juga menyangkut literasi digital. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2023, hanya 44,2% perempuan Indonesia yang aktif menggunakan internet untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan diri.

Inisiatif seperti Digital Talent Scholarship for Women dari Kemenkominfo dan pelatihan digital oleh komunitas seperti Girls in Tech Indonesia menjadi langkah strategis dalam mempersiapkan perempuan Indonesia menjadi subjek aktif di era revolusi industri 4.0 dan society 5.0.


Merayakan Kartini, Menyalakan Masa Depan

Merayakan Hari Kartini bukan hanya dengan mengenang masa lalu, tetapi juga dengan menyusun langkah nyata untuk masa depan. Pemberdayaan perempuan adalah investasi jangka panjang bagi bangsa ini. Ketika perempuan Indonesia berdaya, maka anak-anak mereka tumbuh dalam keluarga yang kuat, berpendidikan, dan berintegritas.

Mari kita jadikan Hari Kartini 2025 sebagai momentum untuk memperkuat posisi perempuan sebagai pendidik utama, penjaga nilai, dan pemimpin masa depan. Karena sejatinya, perempuan bukan sekadar bagian dari masyarakat—mereka adalah pembentuknya.


Sigit Rais, Pengembang Teknologi Pembelajaran

pada Badiklat PKN



Comments

  1. Tulisan yang bagus. Selamat Hari Kartini, jadi pengen baca buku yang ditulis Kartini

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts