Pertemanan tidak bisa dipaksakan, bukan?

 Pernah, kamu merasakan seperti ini?

Punya teman, yang kamu pikir adalah teman terbaikmu, tapi rupanya dia memendam ketaksukaan terhadapmu, dan dia tidak mengutarakannya secara langsung.

Lantas bagaimana kamu bisa tahu? Dari sosial media. Kamu mengira temanmu itu memang tidak aktif menggunakan sosial media. Sebab, kalian jarang berinteraksi. Kamu yang aktif membuat konten, sama sekali tidak pernah mendapat dukungan dari temanmu itu. Bahkan, story-story yang kamu buat pun sama sekali tak pernah diliriknya. Semula, kamu berpikiran positif dan tak terlalu ambil pusing. Bisa jadi temanmu itu memang tidak aktif menggunakan media sosial. Tapi, semua pandanganmu berubah, sebab di laman sosial media temanmu yang lain, dia sangat aktif memberikan 'like' dan komentar. Bagaimana bisa?

Kamu tetap berusaha berpikir positif. Mungkin permainan algoritma media sosial. Kadang memang membuat aktivitas sejumlah pengguna tidak nampak di beranda kita, begitu pula sebaliknya. Aktivitas kita tidak muncul di beranda mereka. Never mind.

Tapi, bukankah algoritma tercipta karena intensitas interaksi antarpengguna? Lantas kamu banyak mengirim pesan personal, berupa tautan konten lain kepadanya. Secara matematis, seharusnya algoritma akan menggiring media sosialmu kembali aktif berinteraksi dengannya. Bahkan, story dia pun kembali muncul. Namun, bekali-kali kamu mengunggah konten, tak ada dukungan dari temanmu itu. Story pun masih tak pernah dilihat. Jelas, kamu di-mute. Kenapa di-mute? Tak ada alasan lain, selain dia tidak menyukai konten-kontenmu. 

Lantas kamu bereksperimen, kamu coba mengunggah konten serupa dengan konten yang kerap disukai temanmu itu. Namun masih sama. Ini bukan perkara konten. Temanmu tidak menyukaimu.

Bahkan, dalam sebuah perjalanan jauh, temanmu itu sering sekali berkirim pesan dan bertukar cerita dengan temanmu yang lain, yang saat perjalanan ikut bersamamu. Bukan denganmu. 

Ada rasa ingin bertanya, sebenarnya kenapa? Tapi melihat gelagat temanmu dari tahun ke tahun, rasanya percuma. 

Jadi, kamu bertanya-tanya, harus bagaimana? Ya sebaiknya abaikan saja. Toh kamu tidak rugi apa-apa. Hanya disayangkan, belasan tahun berteman, masih saja banyak hal yang tidak bisa dibicarakan secara baik-baik. 

Biarkan dia tenggelam pada ketidaksukaannya terhadapmu, meskipun kamu tidak pernah berbuat yang tidak-tidak terhadapmu. Biarkan dia bermain peran, berlagak seolah jadi temanmu, padahal tidak sama sekali.

Pertemanan tidak bisa dipaksakan, bukan?

Comments

Popular Posts