Pada Penantian Terakhir

Kamu masih saja menunggunya. Di sebuah meja yang dikelilingi kursi-kursi kayu. Seperti biasa, kamu sudah memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan terburuk sehingga senja tak akan menyisakan duka.

Tapi, kali ini kamu berhak atas sepaket bahagia yang dibingkis bersama kedatangannya. Pada penantian terkahir ini, dia datang untukmu, sesuai dengan janjinya, walaupun pikirannya sudah ingin segera enyah dari dunia yang sama-sama kalian huni.

Dalam sebuah rendezvous kalian berbagi udara. Sesekali celotehmu jadi umpan yang terpaksa harus dilahap olehnya. Sesekali pula dia berkata-kata sambil menatap matamu. 
Kamu sebetulnya hampir layu. Ada yang berbeda dalam perjamuan itu. Ada atmosfir yang membuat kalian seperti tenggelam di palung lautan. Kamu berusaha berenang ke permukaan. Kamu menarik tubuhnya. Tetapi, tubuhnya beku dan berat. Kamu tak sanggup membawanya, lalu kalian sama-sama tenggelam dalam hitam dasar laut yang diam.
Ada sekeranjang kalimat bersarang di mulutmu. Tetapi, kamu memeramnya di kedalaman hati. Ada cahaya lilin yang harus kamu jaga. Kamu takut nyala lilin itu padam sebelum waktunya.

Kamu dan dia terus saling diam. Tetapi gestur kalian saling bicara. Saling mengerti bahwa ini adalah momen yang tak biasa.
Kalian tetap diam. Entah bagaimana diam ini akan bertemu dengan akhirnya. Lalu, kamu berimaji, tentang punggung yang menjauh, lalu hilang di balik pohon.


Markas Jompers
23 Juni 2013
1.26 AM

Comments

Popular Posts