Skip to main content

Posts

Featured

Mulut yang Tertutup

 Tak ada yang pernah tahu, atau mungkin sekadar ingin tahu. Bahwa sering kali aku berdiri sepi di tengah riuh yang menghakimi. Ada sunyi yang diam-diam menggerogoti, walau kadang sangat kunikmati. Dan satu hal yang pasti, ada rindu yang sesekali terasa begitu menyakiti.  Mereka memandangku sebegitu cerlangnya. Selalu bahagia, membawa berita gembira, bahkan seperti badut yang bisa mengundang tawa. Sementara, ada energi yang dikuras habis-habisan, ada kesendirian yang merasa harus diselamatkan.  Aku begitu sering mendengar. Selalu berusaha jadi pendengar, walau sering tak didengar. Rasanya seperti tak punya mulut untuk bercerita tentang perasaan yang bingar. Seperti tak punya jatah hak untuk benar-benar berbagi kabar. Sebab aku tak selalu baik-baik saja. Sebab ucapan alhamdulillah adalah upaya terbaikku, atas suatu penerimaan, yang kujalani dengan penuh sabar. "Kamu ini ekstrovert," kata mereka sambil bersenda gurau dengan teman-teman di hadapan sebuah meja. Sementara merek...

Latest Posts

Suatu Hari, di Universe Lain

Pengejaran di Kota Bayangan

Balada yang Tak Bernama

Sunrise but Sunset

Nada yang Hilang

Kartini-Kartini Baru untuk Indonesia Maju

Kita Selalu Bertumbuh

Ternyata Ada Kejahatan dalam Dirimu

Kembang Api dan Segala Hal yang Tak Bisa Dihindari

Jurnal Perjalanan ke Kairo, Madinah, dan Mekkah 24 September - 3 Oktober 2024