Pengejaran di Kota Bayangan
Pada suatu sore di Kota Bayangan—kota yang hanya muncul di antara tidur dan bangun—tinggallah seorang anak laki-laki bernama Raka. Ia punya keberanian seekor harimau, tapi juga keraguan seekor anak kelinci. Raka tinggal di rumah penuh cahaya bersama adik perempuannya, Dara, yang sering bermain diam-diam dengan teman-temannya membentuk kelompok rahasia bernama Lingkaran Malam.
Malam itu, angin aneh bertiup. Raka berjalan sendirian di jalanan Kota Bayangan, ketika terdengar suara tawa yang merayap di antara gedung-gedung. Tiba-tiba, dari balik kabut, muncul Dara dan teman-temannya—mereka mengenakan jubah hitam dan topeng bercahaya. Tapi bukan tawa ceria yang Raka kenal. Tawa mereka seperti sedang menyimpan teka-teki. Mereka bukan hanya ingin menangkap Raka—mereka ingin mengujinya.
Raka berlari. Melewati jalan becek, melompati genangan cahaya, dan akhirnya bersembunyi di kolong sebuah mobil besar yang tampak seperti monster tidur dari logam.
Dari bawah mobil, ia melihat sepatu-sepatu kecil berkilau mendekat. Ia mendengar suara Dara, pelan tapi jelas.
“Kakak takut pada kami, padahal kami cuma bayangan dari dalam pikiranmu sendiri," ucap Dara sambil menyeringai.
Raka memejamkan mata. Ia ingin lenyap. Tapi dalam kegelapan kolong itu, ia mulai menyadari sesuatu—ia tidak sedang dikejar oleh Dara sungguhan. Ia sedang dikejar oleh rasa bingungnya sendiri. Tentang bagaimana adik perempuannya kini mulai tumbuh. Tentang bagaimana teman-teman perempuan yang dulu biasa bermain petak umpet, kini tampak penuh rahasia. Dan tentang bagaimana dunia kecilnya perlahan berubah bentuk.
Ketika Raka membuka mata, kota itu telah hilang. Ia terbangun di ranjangnya, kelas 5 SD, dengan napas berat dan keringat dingin. Tapi di sudut pikirannya, ia tahu: malam itu, ia telah berlari bukan dari penjahat, melainkan dari bagian dirinya yang sedang belajar menjadi besar.
Comments
Post a Comment