Malam Tahun Baru Pertama di Jakarta


Mungkin sejak sekarang sampai beberapa tahun ke depan, saya 'resmi' jadi warga Jakarta. Walau enggak punya KTP buatan sini, saya menghirup oksigen tiap detik di sini, sejak Mei 2009 lalu. Jadi, ya kita berdoa saja semoga Jakarta selalu memberikan space-nya untuk saya, agar saya bisa bertahan di sini.

Malam tahun baru 2010, saya meninggalkan 2009 bersama teman-teman kosan. Ada Agus, Ina, dan Hadi. Kami jalan kaki dari Sudirman ke Monas. Tadinya, dari benhil kami naik bus. Tapi ternyata jalanan macet. TOTAL. Maklum, karena masih pemula, kami belum tahu situasi. 
Akhirnya kami sepakat turun dari bus, lalu jalan kaki sambil ketawa-ketiwi. Di bunderan HI kami sempat berhenti. Foto-foto, tiup-tiup terompet, dan iseng memperhatikan peliput televisi. Maklum, kami orang desa, main ke kota besar, lihat kamera tivi rasanya gatal sekali ingin unjuk gigi. 
Saya? Hmmm... jangan salah. Saya telepon Mama. Mama sedang kumpul-kumpul juga di rumah. Lalu, saya minta mama nonton tv, di channel tv swasta yang saya lihat kebetulan sedang siaran live di sini. Siapa tahu saya kapilem. Ha ha ha.

Seusai itu, kami lanjut jalan ke arah Monas. Di sana ramai, tak karuan, bau pesing, dan banyak sampah. Rumput-rumput diinjak. Banyak muda-mudi pelukan sambil tiduran di sana. Iyyyuh... menjijikan. 
Lalu, moment pergantian tahun tiba. Kami tiup-tiup terompet sampai bengek. Lalu, karena letih, kami pun pulang.

Jadi, bagaimana first impression tahun baruan di Jakarta? Hmmm... LIEUR... banyak jelema. Hahaha... anyway, semoga saya selalu betah di Jakarta.






Comments

Popular Posts