di titik ini

....dan terkadang aku mengentikan langkah di suatu titik. Di situ, diam-diam aku mengamati gerak-gerik hatimu yang makin lama makin sulit terlacak.
Di titik ini, kembali melintas gelagat rasa yang dulu ciptakan euforia. Saat kali pertama tatapanmu bersinggungan dengan redup sayu mataku. Saat ada hangat yang berpendar dari gletser di jiwamu. Menakjubkan.
Sesekali, aku terkesiap. Tak sanggup untuk mengakui bahwa kau pernah berkali-kali membawa kejutan pada senyap lajuku. Mimpikah aku saat larut perjalananku kau isi dengan gelombang suara yang bangkitkan dahaga? Kali pertama, kali terakhir. Mungkin. Itulah titik rasa bahagia yang penuh tanya.
Berkali datang musim. Kupikir, renjana usai di pucuk luka. Tetapi, pendarmu dan apapun tentangmu masih saja melekat kuat dalam benak yang tak ingin kurusak.
Sesekali, ingin kulindas saja pepuing rasa. Tetapi, aku tak bisa.
Tak akan pernah bisa. Bahkan saat kini kupingku terasa panas karena diam-diam kau tatap.

Di titik ini, aku memahami tentang sepasang hati yang bisa jadi saling mengingini tetapi bungkam karena turbulensi.

Kekasih.
Di titik ini aku ingin menyimpanmu dalam beku gigil.
Di titik ini aku terbangun dan menyadari kita tak pernah mungkin bisa bersama.

Comments

Popular Posts