Dalam Hujan

Kali ini, akan kutulis surat untukmu...

Dunia ini lucu. Jauh lebih lucu dari lawakan anehmu yang datang sesekali, namun bisa menggebrak semesta.
Dunia ini lucu, juga orang-orang yang jatuh hati padamu, sepertiku.
Mereka ada dan nyata, mungkin kau sadari atau mungkin juga tidak. Tetapi, peka firasatku terhadapmu tak pernah berani membohongi.

Mereka lucu, seperti dunia ini. Dengan berbagai warna dan rasa mereka menjalankan takdirnya sebagai penyukamu. Ada yang blak-blakan, ada yang diam-diam mengamati, ada yang diam-diam mendekati, ada yang bersembunyi di balik payung persahabatan, dan lainnya.

Sementara. aku di tempat ini, diam-diam menjagamu, mengamatimu, melihat siapa yang datang dan pergi, mengamati siapa yang diam-diam siap menikam pundakmu. 
Seluruh inderaku menjelajah, menyelubungimu dengan energi semesta yang kupendam jauh di lubuk malam, dan tak hentinya menerka-menerka gelagat mereka. Mereka ada dan nyata, walau di luar pengetahuanmu. Beberapa menyangkal, sebagian jujur pada diri sendiri. Ada juga yang berpura-pura, tapi perlahan merayap bagai cicak yang sigap menjilat tempel nyamuk. 
Tetapi, apapun itu, selalu bisa kutangkap gelagat mereka. Tak pernah luput sekalipun. Ya, kau dikelilingi kekaguman dan hasrat-hasrat liar yang terpendam di balik dogma.

Dari mereka, aku belajar banyak hal. Aku mengenali musim-musim yang kerap bermukim di hatimu.
Dari mereka pula aku menyadari bahwa aku berbeda. Ini aku, dengan renjana yang nyata. Ada tanpa diminta, berdiri dengan ekspektasi sederhana.

Lihat mereka, dari berbagai penjuru, mereka membidik hatimu dengan berbagai cara. Aku bisa tahu, tanpa diberi tahu. Aku bisa merasakan, walau tanpa tanpa keterbukaan.

Ya, kadang, banyaknya panah yang tertuju padamu itu buatku lelah. Tetapi, aku selalu yakin, akulah sang juara. Adakah di antara mereka yang sejujur aku atas semua ini? Seadil gesturku, tanpa hasrat tersembunyi untuk menyingkirkan orang lain.Tanpa mimpi terselubung untuk jadi yang teristimewa dan membuat yang lain merasa tak berarti.
Tapi, itulah adanya, dan kadang ingin kubisikkan ke telingamu bahwa kau begitu menakjubkan di mata mereka.
Bahkan, kau juga tentu tak pernah tahu, di antara mereka ada yang pernah mencoba menghancurkan taman bunga yang kucipta dan kupelihara. Tapi, sehebat apapun upayanya menghancurkan taman bunga itu, dia tak pernah bisa mencegah datangnya musim semiku.

Dan musim semi itu selalu tercipta setiap hari, setiap jam, setiap menit dan detik, selama aku masih bisa  bernapas dan mengingat setiap momen denganmu.

Aku tahu, siapapun berhak jatuh hati padamu. Tak bisa kucegah, dan setiap hati itu akan menemukan jalannya sendiri.

Kini,  kuhirup aroma teh jahe. Aku selalu tersenyum kecil saat mengingatmu dan sederet dunia yang berotasi mengitarimu.


Bengsol, 28-12-12 ~04.00PM

Comments

Popular Posts