Kembang Api dan Segala Hal yang Tak Bisa Dihindari

 Pukul 00.00 masih di Best Western Mangga Dua. Melihat kembang api dari jendela. Terbesit pikiran, tentang masa depan bangsa ini. Masa depan yang mendekam di rimbun karut marut peristiwa. Aku berharap, segalanya akan baik-baik saja. Walau ada sekilas rasa khawatir dan curiga. Sebab, lima tahun lalu, di tempat yang sama, dengan langit dan cuaca yang berbeda, malam tahun baru terlewati bagai gerbang menuju masa kegelapan bernama COVID-19.

Kadang heran, apa orang-orang benar-benar telah melupakan masa itu? Lantas mengabaikannya di masa lalu, tanpa sejentik pun hikmah yang bisa didapatkan.

Ah, terlalu banyak rasanya isi kepala ini, ditambah rasa mulas sebab makan ayam bersambal pedas di pujasera Kota Tua. Pukul 3 pagi, baru benar-benar bisa rebah, untuk memejamkan mata dan tertidur.

Paginya bangun. Terlambat salat subuh. Astaghfirullah.

Lalu sarapan dan melihat ibu-ibu kemaruk mengambil makanan hotel dan dibawa setelah dimasukkan ke dalam tas.

Menjelang siang pulang, tapi singgah dulu di kafe kantor pos Cikini, lalu pulang ke kosan dan istirahat sebentar. 

Malamnya, ke tempat urut petamburan. Sebab kaki rasanya masih sakit setelah agak maksa lari 3km kemarin. Lanjut makan nasi goreng di depan brimob. Aku bilang pada penjualnya, nasinya sedikit saja. Dia merengut dan mengaku bingung menghitung harganya jika nasi dikurangi. Tanpa mengurangi rasa hormat terhadap sang penjual, kusampaikan "harganya normal saja, yang penting nasinya sedikit". Maka, sepiring nasi goreng (porsi sedikit) yang enak banget plus dua telur ceplok kulahap tandas.

Tak lama ada kawan datang, mau pinjam motor. Sempat berbincang sebelum pulang,

Bismillah hari pertama ini semoga jadi jendela bagi hari berikutnya yang lebih kaya makna.

Comments

Popular Posts