Menerjemahkan Perasaan


Aku yakin, setiap manusia, sejahat apapun dia, tentunya masih punya perasaan. Entah itu perasaan bahagia, sedih, marah, dendam, benci, cinta, sayang, kangen, dan berbagai perasaan lainnya.
Aku punya sedikit pandangan tentang kesulitan menerjemahkan perasaan terhadap orang lain, terutama terhadap lawan jenis.
Terkadang, saat kita kenal dengan orang baru yang berlawanan jenis, ada banyak kemungkinan. Kemungkinan pertama, perkenalan akan berlanjut karena ada KLIK. Kedua, perkenalan terjadi begitu saja dan terlupakan oleh detik yang meranggas di sulur-sulur usia.
Nah, jika kita klik dengan lawan jenis kita, akan ada banyak kemungkinan lagi. Di sinilah waktunya kita menggunakan kemampuan dalam menerjemahkan perasaan.

Ada contoh kasus. Si A (cowok) tiba-tiba ngerasa nyaman dengan si B cewek). Karena jarang punya temen deket cewek, si A langsung ngambil simpulan (ini merupakan hasil penerjemahan perasaan) bahwa dirinya jatuh cinta pada si B. Akhirnya terjadi tembak-tembakan, dan mereka jadian.
Tapi, di tengah perjalanan, si A ngerasa ada yang ganjil. Dia ngerasa si B emang bukan KLIK sebagai kekasih, tapi sebagai sahabat doang. Nah, ujung-ujungnya si A jadi bingung sendiri. Pengen jujur ke B, takut bikin si B kecewa. Pengen nyoba jalan, nggak akan bener dan sepenuh hati ngejalaninnya.

Nah, itulah gunanya kecerdasan dalam menerjemahkan perasaan. Saat kita mulai deket dan ngerasa nyaman dengan lawan jenis, kita jangan gampang ngambil simpulan bahwa apa yang kita rasain adalah semacam chemistry cinta romeo dan juliet. Bisa jadi apa yang kita rasain, ke'klik'an yang kita rasain, itu adalah rasa nyaman sebagai seorang sahabat, bahkan saudara.

Aku juga, berkali-kali mulai deket dan nyaman dengan seorang cewek, awalnya punya pikiran bahwa rasa nyaman yang aku rasain adalah semacam cinta gituh, tapi setelah dijalani lebih jauh, ternyata semua itu hanya rasa nyaman sebagai best fren ajah...

Nah, hati-hati ya dalam menerjemahkan perasaan...

Semangat!

Ighiw

Comments

Popular Posts