Lihatlah Kini

Lihatlah kini, kawan. Ketaknyamanan menahunmu akhirnya kualami juga. Titik muak dan jenuh terus melaju menuju puncaknya. Kejahatan-kejahatan yang lembut, api-api yang terasa hangat namun sejatinya menghanguskan, air-air yang terasa sejuk namun sejatinya menghanyutkan. AKU BERADA DI TEMPATMU DULU. 
Dulu, tanpa kau minta, tanpa kau terima, aku ada. Jadi pendengar, jadi tempat berbagi, jadi segalanya. Tak berarti. Tapi yang jelas, KAU TIDAK SENDIRIAN.

Tapi, lihatlah kini, kawan. AKU SENDIRIAN. Di titik yang pernah jadi tempatmu berdiri. Di titik bebal yang sulit didefinisi. Orang-orang itu menghadapiku dengan begitu banyak senjata di belakang mereka. Orang-orang itu seperti melihatku sebagai ancaman berbahaya. Lalu, dengan berbagai cara, mereka patahkan sayap dan tangan kaki yang aku punya. Dan, mereka melakukannya sambil tersenyum hangat bersahabat. Persahabatan palsu.

Aku dipenjara.
Di depan mataku, tak ada apa-apa, selain rasa dingin.
Ini di mana? 
Ini tempat mereka, bukan aku. 

Sumber gambar:
http://www.plannedscape.net/Fiala/wp-content/uploads/2015/02/home-alone-loneliness-seascape-paintings-screen-319027.jpg

Comments

Popular Posts