Cerita Seperiuk Susu Sapi

Setiap hari aku memerah susu sapi.
Susu sapi itu kukumpulkan hati-hati pada sebuah periuk besar.

Suatu ketika, tanpa sengaja aku meneteskan tinta hitam ke dalam periuk susu itu.
Menyebarlah warna hitam di seluruh isi periuk susu.
Susu tak mungkin diminum, padahal telah kukumpulkan dengan susah payah.
Rasanya tak rela membuang semua.
Tetapi, mau bagaimana lagi.

"Lepaskan, ikhlaskan, pasrahkan," begitulah orang-orang berusaha mengubur dukaku.

Dengan lunglai, kubuang susu yang telah jadi hitam itu ke sungai.
Kupasrahkan seluruhnya meluruh. Hanyut menuju lautan.

Aku kembali.
Kucuci periuk tadi.
http://nutritionwonderland.com/wp-content/uploads/2009/07/milk_splash.jpg
Aku pergi ke ladang. Kuberi makan sapi-sapi dengan rumput hijau yang refleksikan kerenyahan pagi.
Kukumpulkan kembali susu sedikit demi sedikit, berharap periuk segera terisi penuh sehingga bisa kuminum bersama-sama semua orang yang selalu berbagi kasih sayang di desaku.
Susu mengalir, putih bersih tanpa ekspektasi.
Seputih tulus rasa hati yang terpisah, lalu akan saling menemukan kembali.

"Lepaskan, ikhlaskan, pasrahkan."

28 Februari 2013


Comments

Popular Posts