Pesta Demokrasi Bikin Lupa Diri

Pada pesta demokrasi kali ini, saya bukan golput. Alhamdulillah. Setidaknya, jika 'golput' memang dianggap sebagai semacam 'malfunction' bahkan dianggap 'dosa', kali ini saya tidak melakukannya.
Sebagai salah satu penduduk tanah Indonesia, tanpa harus saya proklamirkan atau digembar-gemborkan, sejujurnya saya menyayangi negeri ini. Saya cinta Indonesia. Itu nyata terasa di dalam hati. Dan saya pikir, cukup saya tanamkan di hati, lalu saya lakukan hal terbaik yang bisa saya lakukan, sesuai kemampuan saya, untuk Indonesia ini. 

Jadi, pada 9 Juli nanti, saya sudah punya rencana untuk memilih salah satu calon pemimpin Indonesia. Walaupun, di antara kedua pasangan yang ada, tidak ada pasangan yang benar-benar saya dambakan. Maksud saya, saya 'ngefans' pada salah satu di antara mereka. Hanya saja, saya kurang suka dengan pasangan pendampingnya. Tapi, ya setelah dilihat, ada hal baiknya dibandingkan dengan pasangan yang satu lagi.
Oalah... sudah, sudah... tak perlu membahas apa pilihan saya.  Biarkan hanya saya dan Tuhan yang tahu. 
Yang saya sayangkan adalah geliat tingkah orang-orang yang memproklamirkan dirinya sebagai pendukung salah satu calon pemimpin itu. Saling hujat, saling menjelekkan capres idola, saling merasa diri paling dekat dan kenal pada calon presiden pilihannya... dan lain-lain.
Padahal, seheboh apapun kita mendukung capres, ya tetap saja nanti setelah mereka terpilih, kita ya tetap harus cari makan sendiri. Berjuang sendiri demi keluarga.

Sekarang kita koar-koar. Maki sana maki sini.. Memutuskan pertemanan demi capres. Oh MG. Pertemanan saja dikorbankan. Wew, jangan sampai deh, kehilangan teman gara-gara capres di pesta demokrasi yang kadang bikin lupa diri.

JADI, apa pilihanmu? Rahasia kan ya, enggak usah bilang-bilang...

Comments

Popular Posts