Hari Ini, Enam Tahun yang Lalu

24 September 2009

Kali pertama, tubuh dan wajahmu mampir
di semesta pikir

Tak akan ada yang tahu, sebesar apa letup hatiku padanya.
Tak akan ada yang merasakan, bagaimana hatiku yang ditata hari demi hari, menggelembung, dan siap meledak tiap kali melihat pendar putih di wajahmu.

Api, pisau, duri yang kau tebar di jalan itu, lukai tubuhku satu demi satu, luka demi luka, nelangsa demi nelangsa, kucicipi satu-satu.
Tapi, oh, bodohnya cinta. Dia mengalir indah tanpa peduli luka. Sungai-sungai kasih yang kupelihara. Di sepanjang lajurnya tumbuh pohon-pohon peneduh. Tempat di mana hasratku bermuara, memadu rasa denganmu, dengan imajinasi liarku tentangmu. Sebab, inginku tak pernah dikabulkan, ingin yang sederhana: bisa saling jatuh hati denganmu, wahai jahanam.

Dan kau seperti tertawa di atas kemenangan

Kali pertama, tubuh dan wajahmu mampir 
di semesta pikir

Wajahmu, yang itu,
yang penuh kehangatan,
yang jadi puncak inginku dalam laju usia,
yang ciptakan galau dalam hari-hari yang kusangka penuh cinta
yang kubawa selamanya sebagai cindera mata sejarah.

Comments

Popular Posts