Genggaman Tangan

Tadi malam aku bermimpi.

Aku sedang berada di tengah-tengah wahana bermain. Seperti Trans Studio, Dunia Fantasi, atau Taman Pintar Yogyakarta. Aku dan orang-orang di kantor sedang berkegiatan outbond sekaligus peresmian kereta api model baru. Di kerumunan orang-orang sekantor, mendadak dia datang. Jadi satu-satunya sosok yang aku tunggu-tunggu. Tetapi, aku merasa gengsi untuk menghampiri. Karena biasanya, dia akan sok cuek, dan tidak menggubris keberadaanku.

Lalu, kami antre masuk salah satu wahana. Tiba-tiba dia ada tepat di belakangku. Aku masuk ke dalam wahana berdinding merah. Seperti terowongan yang ditutup lembaran sekat-sekat pintu khas Jepang. Aku masuk ke dalamnya membawa sebuah gelas berisi sebatang lilin. Di belakangku, orang itu mengikuti. 

Tiba-tiba tercium aroma yang entah. Aroma itu seperti aroma kemenyan yang bercampur aroma iler saat kita tidur. Aku ketakutan. Dia lalu menepuk bahuku, menyuruhku berlari. Lalu, aku berlari, dan sampailah aku di stasiun kereta. Aku menaiki kereta itu. Kereta itu ramai. Dipenuhi orang-orang yang wajahnya tak asing bagiku. Ya, teman-teman sekantor. 

Di dalam kereta, aku berharap bisa duduk bersebelahan dengan dia. Ternyata tidak. Kursi-kursi sofa di dalam kereta itu sudah penuh semua. Aku berdiri. Begitu juga dia yang berjalan menuju gerbong lain. Kami sama-sama tidak kebagian tempat duduk.

Tak lama, kereta pun sampai di tujuan. Kami singgah di sebuah wahana air. Seperti kolam raksasa di film Jurassic World. Aku melihat dia duduk di bawah. Telungkup sedang menikmati keindahan kolam. Sementara, aku berada di atas. Mengamati kolam dengan cakupan pandang yang lebih lebar.

TIba-tiba, semua orang yang ada di area itu diminta untuk membuat kelompok, dan bergandengan tangan membentuk lingkaran. Aku bersebelahan dengan salah seorang temanku dan beberapa orang lain berbaju merah. Saat akan kugenggam tangan temanku, tiba-tiba dia berlari dari bawah. Dia berdiri di antara aku dan temanku. Dia mengulurkan tangannya untuk kugenggam. Tangan itu kugenggam kuat-kuat dengan kedua tanganku.

Lalu, terjadi sebuah goncangan yang dahsyat. Orang-orang di sekitarku beterbangan sambil berpegangan tangan. Aku ketakutan. Tangannya semakin erat menggenggam tanganku. Lalu, kupejamkan mata. Semakin ketakutan, kubenamkan wajahku di bahunya. Tubuh kami seperti berputar. Aku tak berani membuka mata. Hingga akhirnya aku terjaga dari mimpi itu.

Mimpi itu usai, bersisa kesan tentang genggaman tangan yang terasa begitu nyata.

Comments

Popular Posts