Hare Gene Belom Online? #nulisrandom2015

Saya baru saja menyadari sesuatu. Di stasiun kereta api Gambir. Hari ini, sekitar satu bulan sebelum momen yang paling dinantikan oleh orang-orang: mudik lebaran. 
Ternyata, saya sungguh terlarut dalam kemudahan fasilitas masa kini dalam hal pembelian tiket kereta. Semua serba online. Bayar tiket pun bisa menggunakan kartu kredit. Tanpa harus beranjak ke mana-mana, dalam hitungan menit, tiket perjalanan sudah bisa kita genggam.

Di stasiun ternyata saya masih menemukan sepasang suami istri, dengan anaknya yang masih kecil, antre di kasir. Lalu, di hadapan loket berisi petugas yang 'sembunyi' di balik kaca berlubang, sang istri lebih banyak berinteraksi. Di tangannya ada selembar formulir pemesanan tiket yang masih kosong. Seharusnya, untuk mempersingkat antrean, tiket itu diisi terlebih dahulu di meja yang tersedia, barulah dibawa ke loket untuk bertransaksi.
Saya kaget, karena sang ibu bertanya tentang semua kereta sejak H-2 s.d. H+2 lebaran. Jelas, waktu yang diperlukan untuk transaksi mereka tidaklah singkat. Petugas loket terlihat sedikit dongkol karena dibombardir pertanyaan dibalut syarat-syarat dari calon pembelinya: kursinya harus bersebelahan, harus berangkat sore hari, dan harus berharga paling murah. Tapi, petugas loket itu berusaha untuk tetap ramah. Mungkin SOP pelayanan berkata demikian.

Setelah bertelusur dengan komputernya selama hampir 20 menit, wajahnya kembali segar sumringah. Dapat tiket sesuai keinginan, dengan harga yang sangat murah. Jakarta-Surabaya Rp90 ribu saja. Astaga, ternyata dia salah. Bulan yang dia input bukan Juli, melainkan Juni. Pantas saja harganya masih murah. Maka, setelah meminta maaf, petugas loket itu kembali menelusuri jadwal keberangkatan melalui layar monitor komputernya. Sepasang suami istri itu cukup kecewa, karena batal dapat tiket murah meriah. Semacam di-PHP-kan.

Lalu, penantian diulang lagi. Cukup lama. Dan beberapa orang di balakangnya, termasuk saya, cukup gemas.

Saya kaget, takjub, dan heran. Karena sudah beberapa tahun ini saya telah terbiasa memanfaatkan fasilitas online dalam pembelian tiket perjalanan, baik pesawat atau kereta, saya pikir semua umat manusia di dunia ini sudah melek online. Tidak ada lagi kejadian seperti suami istri tadi. Kalaupun terpaksa ke loket, pasti ada perkara lain yang tak bisa diselesaikan secara online. Dari sudut pandang saya, yang memang sudah terbiasa ber-online-ria, antre di kasir dan tanya-tanya seperti tadi itu adalah hal yang mustahil di zaman sekarang ini. Saya merasa berhak bilang, "hare gene belom online?"

Itu dia. Kenapa saya lebay banget merasa perbuatan ibu itu aneh dan unik? Ternyata secara tidak sadar, saya telah terperangkap dalam persepsi sendiri. Saya merasa luas dunia ini hanya sebatas apa yang biasa saya lihat, dengar, rasakan, dan saya lakukan. Saya hampir saja lupa, hari-hari saya, kebiasaan-kebiasaan saya, bisa jadi merupakan polah alien juga bagi orang lain. Dan saya tidak tahu latar belakang pasangan suami istri itu.

Ego sentris kah ini namanya? Atau narsis? Atau apa? Entah...

Satu hal yang pasti, memijak bumi, melihat dunia luar, lalu masuk jadi bagian kerumunan, akan membuat hidup ini makin terasa nyata ketimbang diam dan mengama'ti dari jauh. Oh sungguh, otak dan hati kita itu hanya segumpal benda-benda lunak yang mudah dipengaruhi berbagai hal yang bersinggungan dengan seluruh indera kita.


-suatu pagi menjelang siang, saat berencana menjadwal ulang jam perjalanan=

Comments

Popular Posts