Empat Tahun yang Lalu

Empat tahun lalu, tempat itu jadi awal petualanganku di dunia baru. Dunia yang tak pernah kuprediksi ada apa atau bertemu siapa, juga bertemu kamu. Dulu, aku tak pernah sekalipun meminta pada Tuhan untuk berjumpa mahluk aneh sepertimu. Ya, mahluk sarat anomali yang kerap ciptakan ambigu dan ragu. Lalu kamu jasi malaikat yang mendadak hadir di depan mata, yang mendadak jadi satu2nya dermaga yang dituju kapalku, padahal begitu banyak nyiur melambai-lambai di banyak dermaga lain.
Empat tahun bukan waktu yang singkat untuk menunggu. Menunggu kamu menjadi nyata. Jadi puzzle utuh yang selama ini kususun satu demi satu sehingga utuh menjadi paras kromatismu. Ya seperti itu.
Aku sabar dalam gigil dan gusar. Sesekali aku meringis. Sekuat tenaga menahan bebal, atau melarung dari hujam telunjuk dunia yang selalu menyalahkan.
Pula, sekuat tenaga kubungkam energi sarat hasrat. Kupendam dalam-dalam, dan energiku nyaris habis untuk memendam semua. Ini seperti bom waktu.
Rasanya lengkap sudah. Tawa yang kita bagi, meski kadang diam-diam. Kemarahan yang kini tak sungkan lagi kau ruah, meski tak lama kita kembali duduk sebangku sekadar berbagi kisah.
Pula di kepalaku. Tsunami dan api telah jadi makanan sehari-hari, dan aku lebih siap menghadapinya.
Ini tahun keempat. Pelan-pelan ada hati yang mendekat. Hati yang selalu ingin kubiarkan dekat. Hati yang terus terasa terikat, meski kadang sajak-sajak lupa kucatat.
Ini aku. Di tempat ini, yang diberi hadiah berupa makhluk absurd yang ingin terus kudekap walau api lukai tubuhku yang meringkih.
Tuhan, anugerahkah rasa hati berpelangi ini? Jika bukan, kukembalikan semua pada kehendak-Mu meski begitu banyak tanya yang tak seorang cendikia pun mampu menjawab....

#Tulisan iseng di depan segelas es teh rasa leci ^^

23 Mei 2013

Comments

Popular Posts