Menunggu Malaikat

Kamu kembali lagi ke taman itu. Tak ada lagi yang kamu tunggu-tunggu selain malaikatmu. Kamu tahu, malaikat itu kali ini tidak akan datang. Dia telah terbang ke langit, menembus awan-awan. Tetapi, kamu tetap saja keras kepala dan kembali menanti di tepi kolam itu. Dingin. Angin terus menghujam. Perutmu kembung.

Kamu memejamkan mata. Kamu biarkan gemercik air merembes jadi kenangan dalam isi kepalamu yang mulai penuh itu. Lalu, perlahan kamu pilah kenanganmu di taman itu. Kamu comot satu demi satu. Lalu, kamu hidangkan untuk dinikmati sendiri.

Kamu tahu, malaikatmu tidak akan datang. Tetapi, kamu selalu merasa dia ada. Begitu dekat dengan jantungmu yang makin melemah karena lelah. Kamu selalu menanam yakin bahwa dia akan kembali dari langit, lalu berbincang dalam pekat cuaca malam ini. Kamu bertahan dalam gigil.

Kenangan. Hanya itu yang bisa membuatmu bertahan di taman itu. Bisa membuatmu bertahan dalam penantian yang tersiakan. Dari kenangan pilihanmu itu tumbuh bunga-bunga, pula kekupu. Karenanya, kamu bisa rasakan bahagia di tengah himpitan sunyi.

Kamu masih menunggunya datang, ditemani lembar kenangan yang telah berulang-kali kamu buka. Pula setangkai harapan yang tak lama lagi akan jadi pohon hasrat yang menjulang.

Lalu, sehelai daun gugur membawa kabar dari langit, katanya kali ini malaikatmu tak akan datang menemuimu. Kamu hanya tersenyum, lalu berkata, "sudah tahu."
Dan dengan jenaka kamu menari kelilingi kolam. Tarian sarat doa agar malaikatmu selalu baik-baik di jagat yang ciptakan bahagia untuknya.

#iseng sambil terkantuk-kantuk di meja kerja ^^


29 Mei 2013
8.40 PM

Comments

Popular Posts