Pohon Kita

Sejak dulu aku selalu tahu, pohon hias yang sama-sama kita pelihara tak mungkin tumbuh sempurna. Bahkan, katamu pohon itu akan melahirkan buah beracun yang bisa membunuh. Tapi, pohon itu terus kupelihara. Kupupuk hingga melangit dan setiap pagi selalu kuperlihatkan padamu betapa menakjubkannya pohon kita. Sesekali kamu membantuku menyiraminya dengan air dari sungai.
 

Tapi, ternyata kamu memang benar. Pohon kita tidak sempurna, memang tidak sempurna. Pohon itu makin lama makin membusuk, ciptakan aroma yang merusak tanaman di sekitarnya. Tapi, aku selalu yakin pohon itu akan baik-baik saja. Kamu pasti mengerti bagaimana aku jatuh cinta pada pohon itu.
 

Pohon itu akhirnya berbuah. Hanya satu-satunya. Separuh untukku, separuh untukmu. Kamu selalu ragu, lalu melarangku memakannya. Tetapi, aku yakin pohon penuh kasih sayang itu baik untuk kita. Aku merayumu untuk sama-sama denganku memakan buah itu. Dan ternyata, kanu benar. Kini kita benar-benar keracunan dan hampir sekarat karena memakan buah itu. Lalu, di tengah sekaratmu, kamu coba untuk mengeluarkan racun di tubuhku. Kamu berusaha keras.
 

Sementara, aku tak berdaya dan semakin menyadari sesuatu. Tentang kamu, tentang aku, dan pohon yang harusnya dulu tak kita pelihara atas kehendak bodohku.

Monas
26 Mei 2013
5.30 AM

Comments

Popular Posts