Melankolia

Maaf, kini aku sulit menahan ingin untuk bermelankolia. Mengkhianati inginmu yang selalu mau aku berdiri, membaur dalam tawa sang hingar bingar dunia yang terus menyalak.
Sesekali aku bisa. Tetapi, kadang aku memilih beranjak ke sisi tergelap dunia, lalu membenamkan diri dalam romantisme kacangan yang kadang membuatmu terbahak karena ingus bocah menetes di atas bibirku.
Ya, aku memang pernah berjanji untuk selalu tangguh seperti karang yang diterjang ombak laut selatan. Tapi kita lupa bahwa tetesan air pun ternyata bisa membekas di keras bebatu. Ya, seperti tetes sabarku yang pada akhirnya bisa sedikit menaklukkan keras batu hatimu.
Dan inilah titik payahku yang selalu membuatmu mencibir geli. Ombak kehidupan telah membuatku goyah. Aku tak marah, karena aku juga beranggapan demikian. Ya, aku konyol dan menggelikan. Kamu selalu tahu tentang itu, tentang isi kepalaku yang kadang kusembunyikan jauh di lubuk entah. Bahkan terkadang aku sendiri tak pernah tahu. Sial.
Lalu, bagaimana denganmu? Benarkah kamu setangguh pencitraanmu di hadapanku? Atau kini diam-diam kamu juga sedang bermelankoli. Kamu sembunyi agar tak ketahuan olehku sehingga tetap tampak jadi juara hati yang penuh gengsi. Atau kamu masih seperti dulu, membenci sisi melankolis yang mendominasi altar langitku, lalu kamu berusaha terlihat berdiri agar aku tak ikut-ikutan sepertimu dan kembali jadi raja drama yang mabuk dalam melankolia.

Izinkan aku bermelankolia. Tak lama. Agar terkikis seluruh bebatu yang menyumbat alir sungai menuju muara.
Tak lama. Sungguh, demimu semua ini akan kubuat menjadi tak lama.

#tulisan iseng sambil gogoleran di kasur dan sesekali nyruput teh madu ^^

25 Mei 2013

Comments

Popular Posts