Es Cokelat


Di hadapanku, kini tersaji segelas es cokelat. Manis, pahit, sedikit asam, sedikit gurih, dingin dan berbuih. Aku ingat kamu, karena pada suatu malam, aku pernah menumpahkan setengah cangkir cokelat panas pesananmu. Malam itu, kita terjebak di cuaca dingin yang seharusnya tak asing bagiku. Tetapi saat itu pula halnya sepertimu, aku nyaris mati kedinginan.
Beruntung, percakapan denganmu saat itu bisa jadi penghangat. Tak ada bisu atau berbagi atensi dengan telepon seluler, yang kadang membuat kita saling cemburu dan ingin menjadi benda dalam genggaman itu.
Lalu, mulutmu yang bersentuhan dengan panas bibir gelas komat-kamit. Kamu meniupi sekaligus mengutuki rasa panas yang mencubit indera perasamu. Aku tertawa atas tingkahmu. Lalu, kamu mendelik tajam. Matamu jadi pisau yang menodongku agar bungkam. Aku tersentak. Bukan kaget atau takut, tetapi malu dan geli yang tak berkesudahan.
Mata elangmu mempermainkan hormon-hormon antah berantah di tubuhku. Seketika, cairan tubuhku membeku. Aku tertunduk, sesekali mengintip ke arahmu yang telah beberapa detik lalu melepaskan pandangan ke arah lain.
Bibirmu keriting. Seperti anak kecil yang ngambek katena tidak dibelikan robot-robotan.
Aku menggodamu. Mencari-cari perhatianmu seperti yang sudah-sudah saat kamu asik dengan dunia ciptaanmu. Ya, dunia yang terkadang membuatku mati penasaran. Yang membuatku terpaksa mengintip2 dari celah yang luput dari pengamatanmu.
Kamu bergeming. Menyebalkan. Tapi, aku selalu jatuh hati pada pemandangan itu. Kamu diam sambil pelan2 menghabiskan segala sesaji yang ada di atas meja. Kuamati kamu dari sisi tergelapku. Sungguh indah tak tergantikan.
Lalu, tiba2 dari rimbun sunyi yang sama2 kita cipta, kamu berkelakar disambung tertawa riang. Aku tak paham. Tetapi, tawamu selalu ciptakan euforia. Dan aku menyukainya.
Lalu, aku terpaku. Ingin menikmati warnamu sampai energiku benar-benar habis dan tak ada daya lagi untuk berupaya ada di sampingmu.

Itulah kamu. Segelas es cokelat yang manis, pahit, sedikit asam, sedikit gurih, dingin dan buihnya mulai surut di beberapa sedotan terakhir.

Batavia Cafe, Kota Tua Jakarta
26 Mei 2013
1.33 PM

Comments

Popular Posts